Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tarian Kata dalam Celah Waktu

gambar : deepublish

Menulis adalah seni, sebuah perjalanan yang mengalir lembut dari pikiran ke tangan, dan akhirnya berlabuh pada kertas pun laptop. Namun, apa yang terjadi ketika hati yang ingin berkarya ditekan oleh beratnya kehidupan sehari-hari? Apa yang terjadi ketika ide dan gagasan berlimpah ruah di kepala, namun kesibukan kerja dan keperluan lainnya menyita seluruh waktu dan tenaga?

Sebagai seorang yang tenggelam dalam rutinitas, mencari celah untuk menulis seringkali terasa seperti mencari oasis di tengah gurun. Kesibukan tidak hanya menyita waktu, tapi juga energi kreatif yang seharusnya mengalir bebas. Ada saat-saat ketika kata-kata tampak begitu jelas dalam benak, namun ketika tiba waktunya untuk menuliskannya, mereka menguap, hilang bersama kesempatan yang begitu langka itu.

Kesibukan bisa menjadi duri yang menusuk. Namun, bagi saya yang tergila-gila dengan menulis, tak ada halangan dan alasan yang cukup kuat untuk menghalangi menulis. Saya menjadi tertantang memanfaatkan sekecil apapun kesempatan yang ada, menulis di celah-celah waktu yang terjepit antara rapat dan tenggat waktu. Menulis dalam bayangan dan angan, menulis di perjalanan, di antara pertemuan, bahkan di pinggir meja makan sambil menikmati sajian makan.

Tentu, menulis dalam keadaan seperti ini membawa banyak kekurangan. Mungkin narasi tidak sehalus yang diinginkan, atau karakter-karakter tidak sekuat yang seharusnya. Namun, ada keindahan dalam proses ini. Ada kepuasan dalam mengetahui bahwa, walau dengan segala hambatan, kita masih mampu mencipta.

"Create more with less," (sebuah quote yang saya dapatkan bertahun lalu dari bu Susiana Iskandar dari World Bank, seorang yang saya kagumi walau sudah lama tak bersua, di awal ketika facebook mulai menyerang dunia komunikasi virtual) bukan hanya sebuah slogan, melainkan mantra bagi kita yang berjuang dalam kesibukan. Ini adalah pengingat bahwa kita tidak perlu keadaan yang sempurna untuk mencipta. Kita bisa melakukannya dengan apa yang kita punya, di mana pun kita berada.

Menulis di saat sibuk adalah tentang menemukan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan, antara tanggung jawab dan hasrat. Ini adalah perjuangan, namun juga sebuah kebebasan. Karena dalam setiap kata yang tergores, meskipun penuh kekurangan, ada secercah jiwa penulis yang berhasil melepaskan diri dari belenggu kesibukan, dan menemukan jalan pulang ke dunia imajinasi.

Posting Komentar untuk "Tarian Kata dalam Celah Waktu"