Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memori Tinta dari Nasehat Sang Mahaguru

gambar : berita.upi.edu

Dalam perjalanan yang panjang melintasi rentang waktu dan ruang, manusia telah mengembangkan keahlian unik dalam berbahasa yang membedakannya dari makhluk lain. Kemampuan ini, yang dimulai dengan mendengar, berlanjut ke berbicara, dan kemudian membaca, telah mencapai puncaknya dalam bentuk menulis. Menulis adalah ekspresi tertinggi dari jiwa manusia, yang menciptakan jembatan antara dunia internal dan eksternal.

Bertahun-tahun yang lalu, salah satu Mahaguru, Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah (Allahuyarham), mengungkapkan pandangannya tentang penulisan dengan cara yang sederhana namun mendalam. Beliau berkata, "Jika kamu tidak bisa menulis, maka tulislah kalau kamu tidak bisa menulis. Jika kamu bingung dengan apa yang harus kamu tulis, maka tuliskanlah kebingungan itu di atas kertas di hadapanmu. Kalau kamu tidak suka dipaksa menulis, maka tulislah bahwa kamu tidak suka dipaksa menulis." Pesan ini adalah sumber inspirasi bagi banyak orang, termasuk saya.

Awal jatuh cinta saya dengan dunia tulisan dimulai dengan pengenalan pada kata-kata tersebut. Sebagai seorang yang awalnya merasa ragu dan bingung tentang bagaimana memulai, nasehat dari alm. Prof. Chaedar menjadi pelita di tengah kegelapan. Di sana, di antara baris dan paragraf, saya menemukan kebebasan dan kekuatan untuk mengungkapkan diri tanpa batasan.

Saya mulai menulis tentang ketidakmampuan saya untuk menulis, tentang kebingungan saya, tentang keengganan saya. Dalam setiap kata yang saya tulis, saya menemukan sedikit lebih banyak tentang diri saya dan dunia di sekeliling saya. Keberanian untuk menulis tentang ketidakmampuan menulis membuka pintu ke dunia yang sebelumnya tersembunyi.

Menulis, menjadi lebih dari sekedar alat komunikasi; itu adalah meditasi, refleksi, dan, pada akhirnya, pencerahan. Setiap kali saya menempatkan pena pada kertas, pun tangan pada tuts, saya terhubung dengan jiwa manusia yang lebih dalam, yang tak terikat oleh konvensi dan ekspektasi. Saya menulis karena saya manusia, dan sebagai manusia, saya memiliki keinginan dan kebutuhan untuk berbagi, merenung, dan tumbuh.

Menulis adalah tentang jujur terhadap diri sendiri dan berani menghadapi ketakutan dan keraguan. Dengan menyambut mereka, bukan menghindarinya, kita dapat menemukan keindahan dan kebenaran dalam kata-kata kita sendiri.

Kini, saya menulis bukan karena saya dipaksa, tetapi karena saya mencintai, memahami, dan menghargai kekuatan yang ada dalam menulis. Dan saya berharap, bagi siapa pun yang membaca ini, Anda juga akan menemukan cinta dan kebebasan dalam dunia tulisan yang indah ini.

Posting Komentar untuk "Memori Tinta dari Nasehat Sang Mahaguru"