Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Survival Stories : Nomaden demi Mengejar Mimpi

gambar : unycommunity

Dalam gemuruh hiruk pikuk kampus, seorang mahasiswa berjalan riang, dengan sepatu kets murah di kaki, tas laptop bekas di pundak, dan semangat muda yang membara di dada. Jiwa, seorang mahasiswa biasa dengan kisah hidup yang tak biasa.

Sejak menginjakkan kaki di kampus ini, Jiwa tahu bahwa hidupnya takkan semudah angin sepoi-sepoi di desanya. Kehidupan kota dengan segala tingkahnya, tantangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Tapi, dia percaya, tak ada gunung yang tak dapat ditaklukkan oleh seorang pendaki yang berani.

Jiwa adalah seorang pejuang. Dia bertarung dengan cara uniknya sendiri. Malam adalah saat dia mengubur rasa malu untuk tidur di kostan teman, atau bahkan di masjid di sekitar kampus. Berpindah dari kostan ke kostan lain, seperti nomaden mencari rumah. "Kadang, lantai masjid lebih nyaman dibanding tempat tidur mahal," bisik Jiwa seraya tersenyum.

Aktif di organisasi kampus adalah salah satu siasatnya. Organisasi memberinya banyak kesempatan, dari belajar kepemimpinan hingga mendapat tambahan makanan. "Ikut rapat itu seru, apalagi kalau ada makanan gratis," katanya sambil tertawa. Baginya logika harus berbarengan dengan logistik, logika tanpa logistik adalah anarkis.

Begitu juga dengan acara hajatan di kampus. Setiap akhir pekan Jiwa berkeliling kampus.  Dalam gedung yang megah dengan alunan musik di dalamnya adalah nyanyian kehidupan baginya. Siapapun yang punya hajat, Jiwa selalu hadir dengan dandanan perlente, jas dan dasi yang matching dipadukan dengan kemeja dan celana licin hasil pinjam dari kostan teman. Bukan tanpa rasa malu, tentu. Tapi dia tahu, makanan gratis adalah sesuatu yang tidak bisa dia tolak. "Kalau lagi beruntung, bisa bawa pulang sisa-sisa makanan. Itu sudah cukup buat makan beberapa hari," ujarnya sembari mengedipkan mata.

Tak ada yang tahu betapa beratnya perjuangan Jiwa. Dia tidak memilih hidup seperti ini, bukan karena dia mau tapi dia harus melaluinya. Dan dia melakukannya dengan kepala tegak dan senyum di wajah. Karena dia tahu, semua ini adalah bagian dari perjalanannya untuk mencapai cita-cita. 

Jiwa adalah simbol dari mahasiswa yang berjuang, yang memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, meski harus mengubur rasa malu, demi mencapai mimpi. Dalam kesederhanaan dan perjuangannya, dia membuktikan bahwa kehidupan mahasiswa bukanlah soal kemewahan, tapi tentang bagaimana menjalani setiap hari dengan keberanian dan optimisme.

Dalam hidup, kadang harus merasa malu. Tapi malu itu bukan untuk dibiarkan, melainkan untuk dihadapi. Baginya, malu adalah rintangan, dan menghadapi rintangan adalah cara untuk meraih cita-cita.

Menjadi mahasiswa adalah tentang perjuangan yang gigih untuk meraih mimpi. Mungkin jalan yang ditempuh tak semulus yang diharapkan, namun semangat dan ketekunan adalah pedoman yang harus selalu dipegang. Percayalah, di ujung jalan penuh tantangan ini, ada mimpi yang menanti untuk direalisasikan.

Posting Komentar untuk "Survival Stories : Nomaden demi Mengejar Mimpi"